
Oleh : Sapta Rini
“Apakah Anda bahagia?” Jika pertanyaan ini diajukan kepada guru-guru di Indonesia, kira-kira apa jawaban yang didapatkan? Lebih dominan mana, jawaban “Ya” atau jawaban “Tidak”? Mungkin guru-guru yang membacanya akan tersenyum penuh arti.
Akan berbeda dengan jawaban para guru di Finlandia. Bukan bermaksud mengecilkan guru di Indonesia. Kenyataannya guru-guru di Finlandia merasakan kondisi yang sangat berbeda dengan di Indonesia.
Selain mendapatkan posisi yang sangat terhormat di negaranya, para guru di Finlandia juga diberikan gaji atau penghasilan yang besar.
Mereka diberikan kesempatan untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya. Tentunya menyenangkan ya, jadi guru di Finlandia.
Beberapa hal yang menjadi indikasi seorang guru tidak bahagia adalah sering mengeluh. Keluhan ini muncul dari kekecewaan atas apa yang dialaminya.
Lingkungan kerja yang tidak nyaman, pimpinan yang kurang kompeten, fasilitas yang tidak sesuai harapan, peserta didik yang tidak taat aturan, dan lain lain.
Ada pula persoalan klasik dari masa ke masa bagi guru honorer atau guru sekolah swasta yaitu penghasilan yang tidak memenuhi standar upah minimum regional.
Keluhan guru bertambah seiring dengan kondisi pandemi yang mengharuskan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Minimnya fasilitas pembelajaran seperti gawai, laptop dan sinyal internet menjadi kendala dalam mengajar daring.
Ditambah lagi dengan keluhan orangtua siswa karena harus berbagi gawai dengan anaknya dan keharusan mendampingi anak mengerjakan tugas di rumah. Akibatnya tidak semua peserta didik dapat mengumpulkan tugas tepat waktu.
Guru juga jadi kerepotan dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Belum lagi para guru yang memiliki anak yang juga harus mengikuti pembelajaran jarak jauh. Hal-hal ini menambah beban psikologis bagi guru yang bersangkutan.
Jika ditelusuri, ternyata banyak hal yang dapat menyebabkan seorang guru tidak bahagia. Lantas, apakah seorang guru memang tidak berhak berbahagia? Tentu saja semua guru berhak bahagia, kecuali yang tidak mau.
Bahagia itu datangnya dari hati. Bukan hanya karena posisi, kesempatan, fasilitas apalagi penghasilan. Tidak bisa dipungkiri hal itu adalah salah satu komponen pendukungnya. Kata Gde Prana,
“Kadang kita mencari kebahagiaan itu di luar, tapi pada dasarnya dia ada di dalam hati kita.” Menurut Dr. Shigeo Haruyama, di dalam tubuh kita ada hormon kebahagiaan yang memiliki kekuatan 6 kali lebih besar dari morfin.
Masya Allah, luar biasa tubuh kita ini! Bahkan hormon kebahagiaan pun sudah dititipkan di dalamnya. Tidak perlu lagi mencari-cari kebahagiaan di luar sana, karena tubuh kita dapat menciptakan kebahagiaan itu sendiri.
Bagaimana caranya menjadi guru yang bahagia? Mudah. Dari kegiatan guru sehari-hari bisa menjadi sumber kebahagiaan. Berikut 5 hal yang dapat membuat bahagia:
Tersenyum dan tertawa.
Tersenyumlah, maka seluruh dunia pun akan tersenyum kepadamu. Pernah baca kalimat seperti itu? Rasanya sangat mudah membuat dunia tersenyum, ya.
Guru TK dan SD yang paling sering merasakan hal ini. Anak TK dan SD memang lagi lucu-lucunya. Ada saja tingkah mereka yang mengundang senyum dan tawa. Makanya, guru-guru TK dan SD biasanya selalu ceria.
Bernyanyi dan bermain.
Kegiatan bermain dan bernyanyi adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh anak TK dan SD kelas rendah. Makanya anak TK selalu nampak bahagia, bukan? Hal inilah yang membuat guru TK dan SD awet muda.
Tapi guru sekolah menengah pun tetap bisa melakukan ini, meskipun dalam porsi yang berbeda. Bermain basket, futsal dan olah raga permainan lainnya dapat menjadi alternatif untuk guru sekolah menengah.
Membuat yel-yel seru bersama siswa juga bisa menjadi pilihan aktifitas bernyanyi. Berbagai macam ice breaking juga bisa menjadi kegiatan bermain yang menyenangkan.
Senang berbagi.
Berbagi tidak selalu identik dengan materi. Berbagi ilmu, berbagi waktu, membantu orang lain dengan tenaga dan fikiran juga termasuk kegiatan berbagi. Membantu siswa atau membantu rekan guru menemukan cara menyelesaikan tugasnya adalah salah satu cara berbagi yang mudah dan murah.
Menurut para ahli, ketika kita menolong orang, otak akan memproduksi hormon yang memberi perasaan bahagia serta dapat mengurangi stres.
Berbagi dalam bentuk materi pun tidak kalah hebat dampaknya bagi kebahagiaan. Selain itu, berbagi juga mendatangkan berbagai manfaat. Mau tau apa saja manfaatnya? Ini dia:
“ … Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.S: Al Hadid ayat 7).
“Sesungguhnya tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, kecuali bertambah dan bertambah.” (HR. Tirmidzi)
“Sedekah dapat menolak 70 macam bencana, yang paling ringan di antara bencana itu adalah penyakit kusta dan sopak.” (HR. Thabrani)
“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Betapa beruntung orang-orang yang senang berbagi dan membantu orang lain.
Jadilah pendengar yang baik.
Berbicara di depan kelas merupakan aktivitas sehari-hari seorang guru. Wajar jika banyak guru yang mampu menjadi pembicara yang baik. Namun, pembicara yang baik belum tentu mampu menjadi pendengar yang baik. Sebagian orang lebih ingin didengarkan daripada mendengarkan.
Nah, agar menjadi pendengar yang baik, awalilah dengan niat yang tulus. Mendengarkan dengan penuh perhatian dan pikiran terbuka untuk mengerti apa yang orang lain sampaikan.
Terutama jika yang berbicara itu siswa kita. Mereka akan merasa sangat dihargai jika gurunya mau mendengarkan apa yang disampaikannya.
Menjadi pendengar yang baik dapat melatih fokus, kesabaran dan membangun hubungan pertemanan yang baik dengan orang lain. Bukankah akan sangat membahagiakan jika memiliki banyak teman? Ada pepatah mengatakan “Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak”.
Selalu bersyukur.
Bersyukur adalah kunci kebahagiaan yang hakiki. Sebagaimana dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 7 yang artinya, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Dari ayat itu sangat jelas janji Allah bagi hamba-hamba yang pandai bersyukur. Jika seorang guru mampu mensyukuri nikmat yang ada saat ini, tentu Allah akan menambahkan nikmat-Nya berupa rasa bahagia.
Guru adalah pejuang pembangun peradaban. Guru yang baik akan mampu mendidik dengan baik jika ia senantiasa berbahagia dengan profesi yang dijalaninya. Profesi yang mulia dan menjanjikan pahala jariah bagi mereka yang ikhlas menggelutinya.
Lima aktivitas ini baru sebagian hal yang dapat dilakukan agar menjadi guru bahagia. Masih banyak lagi aktivitas guru yang dapat mengundang kebahagiaan. Jadi, jangan lupa bahagia!