

Kontestasi Pemilukada kabupaten Gowa terbilang masih lama, yakni November 2024 mendatang, namun dinamikanya sudah mulai terasa, beberapa figur telah mencuat ke permukaan. Sejumlah figur tersebut mulai gencar membangun komunikasi politik baik di tataran elit maupun kepada masyarakat.
Pilkada Gowa 2024 mendatang akan menjadi seru dan bakal sengit, ini karena konfigurasi politiknya berbeda dengan Pemilukada sebelumnya, sebab tidak adanya kepala daerah petahana sebagai figur dominan.
Tentunya ini membuka peluang bagi siapa saja yang ingin berkontestasi, dalam kontestasi demokrasi election lima tahunan.
Sebagai ekspektasi, semoga pilkada Gowa kedepan tidak krisis sirkulasi elit. Sebab sirkulasi elite dalam konteks suksesi kepemimpinan politik adalah salah satu syarat bagi terwujudnya iklim demokrasi yang subtansial tidak hanya pada konfigurasi formalnya saja.
Salah satu faktor yang menghambat proses sirkulasi politik salah satunya adalah politik kekerabatan dan political proxy, meski Mahkamah Konstitusi telah melegalkan politik kekerabatan dengan membatalkan beberapa pasal yang tertuang dalam UU Pilkada tahun 2015, namun politik kekerabatan tidak selamanya harus di tilik lewat kacamata hukum, tapi juga harus mempertimbangkan aspek Social justice-nya.
Dengan sirkulasi kekuasaan yang adil, dimana iklim politik tidak dikuasai oleh kelompok kepentingan tertentu, sekaligus menjadi kontrol terhadap segelintir elit yang selalu ingin mempertahankan status quonya, mengingat Gowa dalam beberapa dekade dalam bayang-bayang hegemoni kelompok tertentu.
Pendekatan politik Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca terkait rolling class dan sirkulasi elite menyebutkan, sirkulasi elite akan melahirkan para elite baru yang menduduki struktur dan organisasi baru. Teori ini menjadi penegasan pentingnya sirkulasi elite. Jatuhnya rezim elite kerap diikuti jatuhnya seluruh gerbong yang menyertainya. Sirkulasi politik menjadi kontrol bagaimana sebuah kekuasaan dijalankan.
Dalam konteks pilkada Gowa kedepan, dalam pembacaan yang sederhana saya, ada beberapa figur yang tidak memiliki beban history political proxy salah satunya Darmawansyah Muin dengan slogan politik Gowa Berua. Figur Darmawangsyah Muin sangat memiliki kans untuk merebut kekuasaan sejauh ia mampu menempatkan positioning politiknya yang tepat. (*)