
Pernahkah denger tentang kambing hitam? Tentu bukan karena kambing itu berwarna hitam. Bukan pula yang telah digulai dengan lumuran kecap berwarna hitam. Tapi ini adalah pengandaian/ungkapan peribahasa yang sering kita dengar.
Kambing hitam yang merupakan sebuah ungkapan berarti pelemparan kesalahan pada pihak lain. Yang belum tentu (bahkan kebanyakan) adalah bukan karena pihak lain tersebut.
Tapi mengapa banyak manusia selalu mengkambinghitamkan orang lain jika kepentok masalah? Tentunya, karena melempar masalah ke orang lain adalah cara paling mudah dan paling enak bagi orang punya masalah. Ini adalah cara paling menyenangkan dan menenangkan dalam waktu tercepat, namun juga cara paling tidak produktif dan tidak bermartabat bagi siapa saja.
Saya katakan paling tidak produktif karena masalah yang dilempar ke orang lain, bukanlah penyelesaian atau solusi, meskipun menenangkan secara cepat. Juga tidak bermartabat, karena membuat susah orang lain yang belum tentu mengerti duduk persoalan sesungguhnya.
Ketika seseorang melempar kesalahan pada orang lain (mengkambinghitamkan orang lain), biasanya karena orang tersebut merasa tinggi dari orang lain. Entah merasa tinggi karena jabatan, pangkat, usia, senioritas dan lain-lain. Dengan rasa ‘tinggi’ tersebut sangat mudah dan bahkan menjadi kebutuhan untuk melempar masalah kepada orang lain. Merasa ‘tinggi’ adalah candu.
Siapa saja bisa kecanduan merasa tinggi. Kebanyakan manusia tidak bisa belajar siap menghadapi masalah. Perasaan ‘tinggi’ bisa muncul karena sebuah kebiasaan, yang lama-lama bisa jadi karakter. Sehingga jika muncul disekitar kita orang yang pengecut, itu berawal dari kebiasaan tidak berani menanggung resiko.
Perasaan lebih ‘tinggi’ dari yang lain ini sangat berbahaya. Apalagi jika dihadapkan pada kekuasaan. Tentu akan banyak korban dari banyak aspek. Jangan coba-coba menutup mata membayangkan penguasa yang merasa tinggi sebagai penguasa. Bayangan yang menari-nari di pelupuk mata itu akan sangat menyeramkan, meski tanpa topeng dan baju kebesarannya.
Berharap tulisan ini bermanfaat dan kita semua bisa menjauhi ‘merasa tinggi’ agar bisa hidup dengan tenang, mapan, berdampingan dengan banyak orang, dan siap menghadapi resiko seberat apapun. (Desh)