Annisa 20 Oktober 2020

Kelotokan…
Begitu bunyi mesin perahu motor bernama Pincara. Sebuah perahu motor yang beroperasi di Desa Cenrana, terletak sekitar 28 km dari Central Building Development (CBD) Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.

Suara deru yang memekakkan telinga, justru terdengar gagah saat mobil penumpang nangkring diatasnya sementara Pincara mulai bergerak menyibak ketenangan permukaan Sungai Watu menjadi riak-riak gelombang yang indah dipandang mata.


Pincara adalah sejenis perahu motor, bentuknya begitu sederhana yakni sebuah perahu katingting yang dimodifikasi dengan papan-papan kayu diatasnya berukuran 5×5 meter dan dikanan-kiri bagian bawah dipasang drum-drum plastik yang membantu mengapung saat badan pincara ditekan oleh beratnya penumpang dan body kendaraan bermotor. Satu Pincara dapat menahan beban seberat 5 ton. Sehingga sangat mampu mengangkut 2 kendaraan bermotor roda 4 beserta penumpangnya sekaligus.


Hal yang unik dari Pincara adalah bahwa alat transportasi ini dinahkodai oleh 2 orang secara bersamaan. Keduanya mengambil posisi di kedua ujung Pincara. Dalam hal ini, Pincara tidak bisa didefinisikan bagian depan dan belakangnya. Karena perjalanan pulang-pergi, selalu mengambil bagian depan bergantian dengan bagian belakang.

Kedua nahkoda secara bersamaan memegang kendali mesin beserta putaran kincir. Kentara sekali mereka telah memiliki keahlian khusus dalam mengemudikan Pincara. Begitu pula dalam hal ‘timing’ teknis mengemudi. Seperti telah terjadi konsensus diantara keduanya.

Apabila nahkoda yang satu ngegas mesin, maka yang satunya meng’off’kan. Dan apabila nahkoda satunya menerjunkan kincir ke kanan, maka yang satunya terjunkan kincir di kiri begitu sebaliknya. Seperti telah terjadi kesepakatan yang mengikat antara keduanya.


Selain nahkoda, diatas Pincara ada juga ABP (Anak Buah Pincara-pen). Jumlah ABP sebanyak 2 orang. Peran ABP terlihat kental saat Pincara merapat di pinggiran sungai (dermaga) untuk menaikkan atau menurunkan tumpangan. Antara nahkoda dan ABP telah terjadi sinergitas yang baik.

Apabila Pincara akan bersandar, keempat petugas langsung bergerak lincah mengkondisikan badan pincara merapat dengan sempurna. Jika sebuah kapal besar merapat ke dermaga dengan melempar jangkar, Pincara tidak demikian.

Salah satu petugas melompat terlebih dulu ke dermaga sambil membawa tali tambang 20 dan segera mengaitkan pada tempat yang telah dipatenkan. Kemudian diikuti oleh petugas kedua, ketiga dan keempat, secara bergantian dengan posisi masing-masing menarik tali dan mengikatnya untuk menyempurnakan tempat sandaran. Setelah dipastikan posisi Pincara sempurna bersandar, maka dipersilakan penumpang dan kendaraannya bertolak dari dermaga. (NP)

Leave a comment.

Your email address will not be published. Required fields are marked*