
Celebesupdate.com, Timur Tengah-Orang-orang di Kota Kota Damaskus meluapkan kebahagiaan di jalanan. Mereka memadati jalan-jalan besar Kota Damaskus merayakan kejatuhan rezim presiden Bashar Al-Assad yang baru saja terjadi.
Kejatuhan rezim Assad diluar dugaan karena berlangsung cepat. Hanya terhitung hari setelah pasukan oposisi melakukan serangan kejutan berskala besar ke Aleppo, Sabtu(30/11/2024).
Pasukan oposisi, Syrian Nasional Army (SNA) yang didominasi militan Hayat Tahrir Al Sham memasuki ibu Kota Damaskus pada Minggu (08/12/2024). Kedatangannya nyaris tanpa perlawanan dari loyalis rezim.
Sebelum oposisi tiba, Bashar Al Assad disebut telah mengundurkan diri dan lari dari Suriah bersama keluarganya.
Kekalahan Bashar tersebut, sebagaimana yang beredar di berbagai media, dikonfirmasi oleh pengumuman secara resmi komando militer Suriah. Perdana Menteri Suriah, Muhammad Al Jalali juga menyampaikan pernyataan bahwa ia tidak melarikan diri dan siap bekerjasama dengan oposisi melakukan transisi damai.
Pada Senin (09/12/2024) kejatuhan rezim Assad masih dirayakan oleh Rakyat Suriah. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri oleh diaspora dari negara tersebut.
Rezim Assad berkuasa selama 52 tahun yang dimulai dari kekuasaan ayahnya, Hafez Al Assad. Bashar kemudian melanjutkan kekuasaan ayahnya tersebut dengan “tangan besi”. Ia memonopoli kekuasaan lewat partai Baath, berhaluan sosialis sekuler.
Bagaimana Nasib Suriah Selanjutnya?
Dibalik kekejamannya, rezim Assad dinilai memiliki kelebihan selama memimpin Suriah. Gaya otoriter yang ia praktikkan mampu menyatukan rakyat Suriah yang multi etnik dan agama.
Itu karena rezim ini membawa paham negara pada haluan sosialisme, nasionalis dan sekuler. Tak heran pula bila ia yang merupakan minoritas penganut Islam Syiah Ismailiyah, dapat memimpin mayoritas Sunni di negara tersebut.
Kini, bagaimanapun rezim Assad telah jatuh. Kekuasaan akan segera beralih pada kelompok oposisi. Tapi, apakah pemerintahan oposisi mampu terbentuk?
Oposisi Suriah adalah kelompok yang terdiri dari banyak faksi perlawanan. Mereka memiliki latar belakang yang beragam, bahkan ideologi perjuangan. Mereka ada yang nasionalis moderat, sosialis dan ada yang islamis.(*)