
Celebesupdate.com- Meneropong indeks pembangunan manusia (IPM), seriuskah pemerintah kabupaten Maros membangun sumber daya manusia?
Demikian tajuk diskusi yang digelar oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia Kabupaten Maros pada Jumat, 18 Maret 2022. Kegiatan digelar di ruangan VIP sebuah warung kopi ternama di daerah berjuluk Butta Salewangang tersebut.
Panitia kegiatan, Rizal mengungkapkan, diskusi yang mempertanyakan keseriusan pemerintab Kabupaten Maros dalam pembangunan sumber daya manusia ini, dilatari kondisi indeks pembangunan manusia Kabupaten Maros yang berada di posisi menengah. Padahal bila dibandingkan dengan sejumlah daerah lain yang dinilai memiliki IPM tinggi, Maros memiliki keunggulan dari sisi sumber daya alam dan letak geografis, yaitu daerah satelit Makassar.
“Kita berharap dengan adanya diskusi ini, pemerintah Kabupaten Maros lebih terpacu lagi dalam membangun 3 sektor yang menjadi ukuran IPM, yaitu sektor pendidikan, kesehatan dan ekonomi”, terangnya.
Diskusi berlangsung lancar dengan menghadirkan narasumber, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Maros, Dr. Muhammad Nurjaya. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Maros, Muhammad Najib. Kepala Dinas Kesehatan Maros, dr Muhammad Yunus. Anggota legislatif DPRD Maros yang diwakili Asmin Badoa dan akademisi UTS, Abdul Chalid.,S.IP.M.Si.
Ketua Dewan Pendidikan Maros, mendapat kesempatan pertama memaparkan materinya. Ia menjelaskan bahwa sektor pendidikan sebagai salah satu pilar dalam indeks pembangunan manusia . Sebab itu, pada tahun 2022, dewan pendidikan Maros
Sementara sebagai akademisi, Abdul Chalid menerangkan IPM sebagai bagian dari konsep developmentalisme yang dijadikan barat sebagai tolak ukur dalam pembangunan sebuah negara modern. Mulai dikembangkan pasca perang dunia ke 2 dengan melihat tiga indikator utama, yaitu pendidikan, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi.
Salah satu tokoh dari konsep ini adalah Rostow yang pemikirannya diadopsi oleh pemerintahan orde baru. Rostow mengenalkan 5 tahapan pertumbuhan ekonomi masyarakat yaitu, tradisional, masyarakat pra kondisi tinggal landas, masyarakat tinggal landas, menuju kedewasaan dan menuju konsumsi massa yang tinggi.
Proyek-proyek ini kemudian dicanangkan melalui program-program United Nation Development Program yang banyak memberikan bantuan pemberdayaan ke negara-negara dianggap berkembang.
“Barat membuat indikator pembangunan masyarakat modern berdasarkan ukuran mereka sehingga seringkali berbenturan dengan sistem budaya, sosial dan lingkungan yang dimiliki masyarakat di negara yang dianggap memiliki tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang rendah. Termasuk di Indonesia”.
“Pada aspek lingkungan misalnya, banyak daerah yang mengalami kerusakan lingkungan akibat memburu pertumbuhan ekonomi yang diukur secara makro. Karena memburu rangking pertumbuhan ekonomi, daerah-daerah mencari jalan singkat, yaitu dengan membuka kran investasi di bidang pertambangan”.
“Nah, IPM ini bisa dijadikan alat peringatan dini bagi pemerintah di daerah. Apa yang perlu dibenahi dari tiga aspek pembangunan tadi bila berada pada rangking menengah atau di bawah. Namun, jangan melihat pada kuantitas rangkingnya saja. Masyarakat mesti menganalisa IPM secara kualitas”.
“Publik harus menganalisa angka-angka pertumbuhan dari aspek pendidikan, kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi. Bidang pendidikan misalnya, analisai kualitas penyelanggaraan pendidikan dari segi pemerataan sumber daya guru dari kota ke desa, kualitas SDM guru, infrastruktur, dan lain-lain. Di bidang kesehatan. Bagaimana kualitas pada tingkat pelayanan kesehatan dasar di puskesmas, posyandu. Juga termasuk infrastrukturnya”.
“Pada pertumbuhan ekonomi. Mari kita analisa dampak ekonomi sebagai substansi dari pertumbuhan tersebut. Apakah berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat? Berpengaruh terhadap pengentasan kemiskinan dan pengangguran?”.
Oleh karena itu, menurut dosen Ilmu Politik Universitas Teknologi Sulawesi tersebut, pemuda sebagai ujung tombak pembangunan di era modern harus ambil bagian dalam pembangunan manusia ini.
“Anak muda mesti terlibat pada aspek-aspek substantif dari pembangunan manusia ini, yaitu bagaimana meningkatkan kualitasnya. Bukan sekadar kuantitas yang diukur dari angka-angka,” jelasnya. (*)