
Turki telah memimpin protes ke Presiden Perancis, dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Macron membutuhkan “pemeriksaan kesehatan mental” dan menuduhnya menjalankan agenda anti-Islam. Negara ini memang sejak setahun terakhir terlibat silang pendapat dengan Perancis terkait isu perang Suriah, Libya, sengketa laut mediterania, dan terakhir, perang Azerbaijan-Armenia.
“Anda dalam arti sebenarnya adalah fasis, Anda dalam arti sebenarnya adalah mata rantai dalam rantai Nazisme,” kata Erdogan sebagaimana dikutip DW tentang Eropa, membandingkan perlakuan terhadap Muslim di Eropa dengan perlakuan Nazi terhadap orang Yahudi.
“Jangan pernah memberikan kredit untuk barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya,” kata Erdogan pada hari Senin dalam pidato yang disiarkan televisi.
Arab Saudi, tempat kelahiran Islam, mengatakan menolak gambar “ofensif” dari setiap nabi Islam. “Kerajaan Arab Saudi menolak setiap upaya untuk menghubungkan Islam dengan terorisme, dan mencela kartun yang menyerang Nabi Muhammad atau nabi lainnya,” kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Pengguna media sosial di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyerukan boikot terhadap raksasa supermarket Prancis, Carrefour.
Pedagang di Yordania, Kuwait dan Qatar telah memindahkan barang-barang Prancis dari rak-rak toko, sementara Universitas Qatar telah membatalkan pekan budaya Prancis.
Ada juga protes yang diadakan di Irak, Suriah, Libya, Jalur Gaza, dan Bangladesh, yang terakhir menarik puluhan ribu demonstran dan termasuk membakar patung Macron.
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan Macron mendorong sentimen anti-Muslim dan dengan sengaja memprovokasi umat Islam. Dia juga memanggil duta besar Prancis untuk mengajukan protes. Protes juga terjadi di Pakistan dan Yordania.
Universitas Al-Azhar Mesir mengecam kartun itu, mengatakan komentar Macron adalah bagian dari kampanye sistematis untuk menggunakan Islam untuk memenangkan pertempuran politik, dalam komentar yang digaungkan oleh ulama utama negara itu.
Dewan Tetua Muslim yang berbasis di Abu Dhabi mengatakan pihaknya berencana untuk meluncurkan proses hukum terhadap Charlie Hebdo dan “semua orang yang menghina Islam.”
Kementerian Luar Negeri di Iran telah memanggil kuasa hukum Prancis untuk dengan tegas menolak “penghinaan dan penghinaan terhadap nabi Islam dan nilai-nilai murni Islam oleh siapa pun terlepas dari posisi mereka,” menurut media pemerintah.
Pemerintah Libya yang diakui PBB untuk Kesepakatan Nasional telah “dengan tegas mengutuk” komentar Macron dan menuntut permintaan maaf.
Ada juga kecaman dari kelompok Islam Palestina Hamas, Taliban di Afghanistan dan gerakan Syiah Lebanon Hizbullah.
Presiden Jokowi Turut Kecam Pernyataan Emmanuel Macron
Mengikuti jejak negara-negara Islam di dunia, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo turut mengecam keras pernyataan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.
Memberikan keterangan secara resmi melalu channel Youtube Sekretariat Presiden, Presiden Joko Widodo didampingi perwakilan organisasi keagamaan di Indonesia. Menurutnya, peryataan Macron yang melindungi kebebasan berpendapat dengan melukis Nabi Muhammad SAW telah mencederai hati umat Islam di dunia. Termasuk Indonesia yang dikenal sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam.
” Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Perancis yang menghina agama Islam yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia,” katanya. Ia menilai pernyataan tersebut dapat memecah belah persatuan umat beragama di dunia. (red)
Laman Terkait : https://www.dw.com/en/france-muhammad-cartoon-row-what-you-need-to-know/a-55409316