
- Jurus Manasik Sehat Ala Sri Rahmi
Seorang atlit perlu memiliki mental yang tangguh. Prestasi dan perfoma adalah 2 hal yang terus menerus direncanakan untuk dijangkau. Tak sekedar semangat yang terpatri dalam hatinya, namun juga dedikasi, sikap pantang menyerah, serta tidak mudah goyah oleh masalah-masalah pribadi yang membelitnya. Oleh karena itu latihan fisik dan mental, harus diupayakan agar pencapaian target prestasi dan performa menjadi maksimal.
Jika seorang atlit saja sangat detail melakukan perencanaan untuk sukses bertanding dalam arena olahraga, maka bagaimana dengan umat islam yang dihadapkan pada perlombaan mencari sebanyak mungkin pahala dan balasan Allah dalam Bulan Ramadhan. Tentu harus pula dengan perencanaan yang lebih matang.
Demikan antara lain pemaparan Sri Rahmi dalam bincang sore Tarhib Ramadhan yang diselenggarakan DPD PKS Kabupaten Takalar secara virtual hari ini (Minggu, 19/2/2021). Sri Rahmi adalah tokoh kebugaran dalam pola makan dan hidup sehat, sehingga sangat tepat dijadikan narasumber Tarhib Ramadhan bertajuk Manasik Sehat Menjelang Ramadhan.
Sebuah pertanyaan yang menjadi renungan sebelum lebih jauh Sri Rahmi menyampaikan materi adalah, lebih bagus mana seseorang dalam beribadah, muslim yang sehat atau muslim yang sakit-sakitan? Tentu saja jawaban partisipan adalah muslim yang sehat. Oleh karena itu mulailah dipaparkan berbagai tips dalam merencanakan sukses ibadah Bulan Ramadhan antara lain:
- Menjaga Pola Makan Sehat
Sebagai seorang muslim, Rosulullah adalah suri tauladan terbaik. Dalam menjaga pola makan sehat, haruslah menengok bagaimana Rosulullah mencontohkan. Selain memperhatikan soal waktu, harus pula memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan.
Sudah sunatullah, bahwa lambung kita akan merasa lapar jika tidak diisi makanan. Rosulullah menyerukan agar makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang. Rata-rata kebutuhan makan seorang manusia sehari tiga kali, pagi, siang, malam. Pagi hari Rosulullah makan 7 butir kurma, siang hari makan gandum, zaitun dan asam cuka. Sedangkan malam makan buah atau sayuran saja.
Dalam hal kualitas makanan, Sri Rahmi mengingatkan untuk tidak serta merta memakan apa saja. Hendaklah makan sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang seimbang.
“Lambung kita ini bukan tong sampah, yang apa saja dibiarkan masuk”, Begitu kutipan Sri Rahmi untuk menegaskan pentingnya menjaga pola makan sesuai kebutuhan.
Lebih jauh Sri Rahmi menjelaskan bahwa kualitas makanan bukan sekedar dari dzatnya saja, tapi pula dari sumbernya. Tidak sekedar halal tapi juga toyyib (baik). Tidak semua makanan yang halal, itu toyyib untuk di konsumsi. Misalnya, seseorang yang memiliki riwayat darah tinggi, tentu tidak baik konsumsi jeroan (menu coto), karena akan memicu penurunan tingkat kesehatan yang berakibat pada menurunnya kualitas dan kuantitas ibadah. Meskipun makan adalah sarana ibadah, namun kesesuaian kebutuhan kesehatan harus pula diperhatikan.
Dalam hal kuantitas makanan, Sri Rahmi mengingatkan untuk masing-masing menengok lambungnya. Setiap manusia memiliki besaran lambung yang berbeda. Sehingga kebutuhan kuantitasnya pun berbeda. Dalam hal ini, sunnah Rosulullah wajib diingat-ingat, yaitu agar memperhatikan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lainnya untuk space kosong (udara). Jika takaran sunnah ini dilanggar, bisa jadi akan muncul penyakit yang tidak diharapkan.
2. Menjaga Pola Hidup Sehat
Disamping menjaga pola makan, untuk meningkatkan kebugaran harus pula memperhatikan pola hidup sehat. Rosulullah SAW adalah seorang lelaki yang memiliki tubuh yang bugar dan tenaga yang kuat. Dalam kisah perang khandak, dimana kaum muslimin menemui kesulitan menggeser batu besar yang harus disingkirkan, maka mereka megadu kepada Rosulullah untuk bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut. Kisah ini dapat dipahami bahwa sesungguhnya Rosulullah memiliki fisik yang prima.
Olahraga teratur dan tidur teratur adalah kunci pola hidup sehat. Berolahraga seminggu 3 kali dengan durasi waktu tertentu, dan secara berkala dapat merutinkan melakukan jogging untuk menjaga kebugaran. Sementara itu tidur teratur dengan durasi ideal pada pukul 22.00 hingga pukul 03.30, dan tak lupa di siang hari diselingi istirahat Qailulah setelah shalat dhuhur selama sekitar 30 menit.
“Dahulu kami di zaman Nabi, tidaklah berqailulah atau makan siang kecuali setelah (waktu) jumatan” HR. Bukhari & Muslim. (NP)