
Zaman milenial, hampir semua orang beraktifitas dengan gadget di tangan. Ada yang bermedsos, ada yang bisnis online, ada yang browsing kebutuhan di market place, dan ada yang fokus merawat komunitasnya dalam sebuah grup whatsapp, telegram dan lain-lain.
Semua berbasis internet. Apalagi di masa pandemi ini, masyarakat dilarang kumpul-kumpul. Al hasil, yang terjadi di tengah masyarakat adalah meeting secara online dengan media yang banyak bisa dioperasionalkan. (Baca Juga Kesehatan : 3 Penyebab Tersering Anak Mengalami Kejang Demam)
Dalam sehari, pelaku media sosial bisa bertemu dengan banyak komunitas. Baik komunitas perkantoran, perdagangan, organisasi sosial, keagamaan dan lain-lain. Komunitas tersebut butuh yang namanya soliditas. Hal ini karena bukan saja komunitas adalah kebutuhan dalam bersosialisasi, namun komunitas adalah life style masyarakat era modern.
Sehingga sebuah aksi merawat komunitas merupakan hajat yang tak bisa ditawar-tawar lagi untuk dilakukan setiap person anggota komunitas.
Bagaimana cara merawat komunitas? Berikut ini beberapa cara agar komunitas menjadi produktif sehingga keberadaannya bisa berjalan dalam jangka waktu yang lama (everlasting) dan menyenangkan anggota nya:
Komunikasi
Komunikasi menjadi faktor sangat penting dalam interaksi antar personal dalam komunitas. Komunikasi juga sangat vital dalam interaksi dengan stake holder. Anggap saja sebuah perusahaan yang melempar produk ke pasar, komunitas juga mempunyai misi tertentu yang akan di share ke masyarakat atau paling tidak internal anggotanya. Hal ini tentu tidak luput dari cara berkomunikasi yang baik dan tepat.
Komunikasi personal
Semua bentuk percakapan yang terjadi antar personal anggota komunitas wajib tertata dengan baik. Salah menyampaikan pesan, boleh jadi menimbulkan persepsi berbeda dengan yang dimaksud. Alih-alih untuk kebaikan, bisa jadi malah membuat ketersinggungan dengan lainnya.
Hal ini menghajatkan anggota komunitas untuk bisa lentur dalam interaksi. Jika ada salah satu saja yang tumpul atau bahkan runcing dalam percakapan, maka boleh jadi kehangatan tak pernah tercipta. Al hasil, mungkin ini salah satu faktor penyebab jika terdapat member yang leave grup.
Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah bentuk komunikasi keluar komunitas yang menyampaikan misi ke masyarakat umum. Atau singkatnya menyampaikan pesan ke orang dalam jumlah banyak (lebih dari satu). Misalnya, seseorang menyampaikan pesan layanan masyarakat tentang dampak covid-19. Bahwa covid-19 itu berbahaya. Dapat berkembang biak dan menyebar dengan cepat kepada siapa saja. (Baca Juga :
Sehingga harus dilakukan protokoler kesehatan untuk meminimalisir penyebaran, dengan menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan. Penyampaian pesan ke khalayak tersebut akan bisa diterima baik oleh masyarakat, apabila cara komunikasinya tepat. (Baca Juga : Agensi Santri untuk Bangsa Indonesia)
Bahasa yang lugas, intonasi yang tepat, volume yang tidak memekakkan telinga dan lain-lain. Butuh cara-cara ramah dalam penyampaiannya. Jika komunikasi ini berlangsung dengan baik, maka komunitas yang terbentuk menjadi mudah diterima masyarakat luas.
Simplicity
Kesederhanaan. Kesederhanaan disini bisa dari cara pandang, bisa dari life style, dan bisa pula dalam membentuk program. Sesuatu yang sederhana (simple) biasanya identik dengan mudah, murah, dan dapat diterima orang lain.
Contoh, kita mengajar anak kecil. Tentunya kita harus memiliki jurus jitu untuk beberapa hal seperti bagaimana mengambil perhatian, bagaimana memakai bahasa dan intonasinya, posisi berdiri atau duduk, memilih bahan ajar yang tepat dan lain-lain.
Sudut pandang yang kita miliki adalah kita memberi pelajaran pada anak-anak. Tapi ada sudut pandang yang lain, yakni justru kita yang diajar anak-anak. Karena disitu kita belajar menjadi sabar, belajar menjadi apa adanya, belajar jadi simple seperti anak-anak. (Baca Juga : New Normal dalam Perspektif Perempuan)
Kesederhanaan dalam kita memandang permasalahan dalam komunitas, hendaknya dibuat sederhana. Bukan diperumit. Begitu pula dengan gaya hidup dan membuat kegiatan-kegiatan dalam komunitas.
Feedback
Jangan memakai kacamata kuda, sebuah pepatah yang kerap terdengar dalam memaknai kehidupan bermasyarakat. Kuda sangat membutuhkan kacamata tersebut, hal ini karena sebuah perjalanan yang memakai jasa kuda akan semakin cepat sampai tujuan jika kuda fokus melihat ke depan.
Namun, filosofi kacamata kuda ini tidak bisa diimplementasikan dalam kehidupan berinteraksi dengan masyarakat/komunitas. Hal ini karena komunitas adalah kumpulan manusia (bukan malaikat-pen) yang memiliki otak berbeda, hati tak sama, dan karakter lain. Sehingga dengan perbedaan tersebut komunitas menjadi rentan oleh konflik/perselisian.
Ini sudah sunnatullah, atau kata orang jawa “udah dari sono nya” yang tidak bisa di rubah. Oleh karena itu hal yang paling tepat diantisipasi atas munculnya potensi konflik adalah dengan selalu membuat feedback (timbal balik) dari apa yang dilakukan.
Apakah yang dilakukan tersebut cenderung disukai orang lain? Atau sebaliknya. Sehingga bisa menjadi bahan evaluasi. Feedback ini juga sangat layak untuk menilai kualitas interaksi dan juga kualitas program yang akan dan sedang dilakukan.
Respect
Sebuah filosofi mengatakan, apabila seseorang ingin dihormati orang lain maka berlakulah menghormati orang lain terlebih dahulu. Respect (sikap menghormati) harus tercermin dari sikap siapa saja dalam bertemu dan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini yang bisa melanggengkan sebuah hubungan. Sebuah kisah di zaman Rosulullah Muhammad SAW, dimana dalam masa dakwahnya banyak dicaci maki orang, dilempari batu dan kotoran. Dan juga diludahi setiap melewati suatu tempat.
Namun suatu hari Rosulullah heran, mengapa tidak ada yang meludahi. Ketika di tanya pada warga sekitar, ternyata diketahui bahwa yang sering melakukan itu sedang sakit, sehingga tidak bisa keluar rumah untuk meludahi Rosul. Saat itu juga Rosulullah menjenguk orang tersebut, dan seketika orang tersebut menjadi respect dengan Rosulullah.
Rasa penghormatan ternyata tidak hanya menjadi ranah anak kecil untuk bersikap kepada orang yang lebih tua.Tidak ada manusia di muka bumi ini yang rela tidak dihargai dalam hal apapun.
Sebaliknya, manusia akan lebih percaya diri dan kemungkinan jauh bisa lebih sukses apabila rasa dihargai oleh orang di sekitar bersemanyam di hatinya. Sehingga apabila sebuah komunitas memiliki cita-cita yang jauh ke depan, maka mutlak antar anggotanya harus bersikap respect satu sama yang lain. (NP)