Editor 11 Juni 2022

 

 

Yanuardi Syukur, Alumni Dept Antropologi Fisip Unhas

Ikatan Alumni (IKA) Antropologi FISIP Universitas Hasanuddin akan menyelenggarakan Musyawarah Besar pada Minggu (12/6/2022) secara daring.

Temanya menarik, yakni ‘menyatu dalam kekerabatan untuk sinergi membangun peradaban bangsa’, dan sangat relevan dalam konteks kita kebangsaan kita sekarang. Tema tersebut dapat kita pilah dalam beberapa kata penting: persatuan, kekerabatan, sinergi, pembangunan, peradaban bangsa.

Kata ‘menyatu’ atau kita pakai ‘persatuan’ adalah sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia” yang sangat penting bagi integrasi sosial-budaya di Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, kepulauan Nusantara dikenal sebagai kepulauan yang dipimpin para raja yang berkhidmah untuk negerinya.

Saat Sumpah Pemuda (1928), Indonesia merdeka (1945), sampai saat ini, kata persatuan tetap menjadi kata penting yang tidak bisa kita lupakan.

Antropolog sejak awal berpikir integratif, maksudnya bagaimana caranya segenap perbedaan yang ada dalam negara-bangsa ini dapat disatukan, yang kemudian menjadi energi besar untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Maka, seruan para antropolog kepada bangsa kita tidak terlepas dari seruan untuk bersatu demi kejayaan bangsa kita.

Kata selanjutnya, ‘kekerabatan’ juga penting bagi Indonesia kita. Di tengah penetrasi globalisasi digital kayak sekarang, kita betul-betul diperhadapkan pada pergeseran (shifting) dari yang lama pada yang baru. Perubahan mindset, kultur, hingga strategi sosial-budaya dibutuhkan dalam dunia yang mengutip Anthony Giddens (2002) disebut sebagai “runaway world”, sebuah dunia yang berlari kencang di tengah ketidakpastian.

Giddens menyoroti bahwa globalisasi yang menerpa kita (pada 2002)–dan saya kira masih berlanjut sampai post-pandemik ini–tidak dapat diprediksi dan masih tidak stabil. Pandemi coronavirus dari Wuhan pada akhir 2019 berdampak serius pada tatanan ekonomi, politik dan sosial-budaya. Kita betul-betul terdampak, tapi kita harus bisa keluar dari jebakan pandemik tersebut dengan kolaborasi dan sinergi. Dalam konteks ini, kekerabatan dari arti luas menjadi penjaga bagi integrasi sosial-politik dan bagaimana kita maju sebagai bangsa.

Slogan FISIP Unhas “Bersama-Bersatu-Berjaya” menjadi penting untuk kita hadirkan dalam hari-hari kita. Bahwa, kejayaan tidak akan mungkin bisa diraih tanpa adanya kebersamaan dan persatuan. Maka, kebersamaan dan persatuan sebenarnya dapat kita maknai sebagai kontribusi dan sinergi demi tercapainya kejayaan bangsa dan kesuksesan warga bangsanya.

Adapun kata ‘pembangunan’ kendati sangat familiar di masa Orde Baru, masih tetap kita butuhkan dalam konteks pembangunan kapasitas manusia Indonesia sekaligus dengan pembangunan interkoneksi antarpulau di sepanjang Nusantara. Interkoneksi antarpulau menjadi penting, bahkan itulah yang menjadi pendorong kemajuan kita sebagai bangsa yang bersatu, berdaulat dan bervisi besar menciptakan bangsa adil dan makmur.

Interkoneksi ini tidak hanya cukup secara fisik, tapi harus dibarengi dengan interkoneksi jiwa sebagai warga bangsa. Artinya, alumni antropologi yang saat ini berkiprah dalam berbagai bidangnya perlu disatukan dalam interkoneksi wadah alumni untuk selanjutnya disinergikan kontribusinya bagi kemajuan almamater, Sulsel dan bangsa Indonesia.

Dalam suatu kesempatan, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie pernah menyatakan bahwa para sarjana harus bisa bersinergi meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pandangan beliau, sumber daya alam bisa habis, akan tetapi sumber daya manusia yang berkualitas tidak akan pernah habis. SDM berkualitas akan melahirkan manusia berkualitas pula yang dampaknya adalah kejayaan bangsa Indonesia secara umum.

Alumni Antropologi Unhas penuh dengan SDM berkualitas. Mereka telah berkiprah dalam berbagai sektor publik dan swasta. Sudah saatnya melalui Mubes Alumni Antropologi FISIP Unhas ini segenap potensi tersebut disinergikan untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan Antropologi Unhas, Sulsel, dan bangsa secara keseluruhan.

Sinergi antaralumni ini dapat dimulai kembali dengan pendataan alumni dari angkatan pertama sampai terakhir beserta profesinya, silaturahmi berkala antaralumni, diskusi rutin yang melahirkan gagasan kontributif untuk para pihak, serta pemberdayaan potensi alumni (dan calon alumni) dalam menghadapi tantangan global. Artinya, era disrupsi ini butuh pendekatan sinergis-kolaboratif untuk sama-sama melahirkan karya besar bagi bangsa Indonesia.

Termasuk yang cukup penting bagi IKA Antropologi Unhas adalah sinergi dengan IKA FISIP Unhas dan IKA Unhas Pusat. Sinergi ini sangat penting sebagai kekuatan sesama alumni Unhas dalam berkontribusi bagi masyarakat luas.

Para calon alumni dapat didorong untuk mempersiapkan dirinya dalam ‘universitas kehidupan’, berbekal pengetahuan dan pengalaman antropologi dan bagaimana mengaplikasikannya bagi pengembangan diri, karier, dan masa depan. Saya kira ini tugas penting yang perlu dipikirkan bersama oleh para alumni agar semua potensi alumni dapat disinergikan untuk kemajuan bersama. *

*Penulis adalah dosen, peneliti dan antropolog. Menamatkan pendidikan sarjananya di Dept Antropologi Fisip Unhas, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, dan sementara menyelesaikan program doktor di Dept Antropologi Fisip UI. Ia dapat dihubungi  di email : yanuardisyukur@gmail.com 

 

Leave a comment.

Your email address will not be published. Required fields are marked*