
Apakah Anda pernah mendengar tentang kisah Lukmanul Hakim? Seorang ayah yang bijak, hingga namanya diabadikan menjadi salah satu nama surat dalam Al Qur’anulkarim, yaitu surat Lukman. Kalau Anda seorang muslim dan muslimah, sudah tentu tahu.
Menurut Mayyadah dalam buku Inspirasi Parenting dari Al Qur’an, para ulama berbeda pendapat tentang identitas Lukman, apakah ia seorang Nabi atau bukan. Mayoritas ulama berpendapat bahwa Lukman adalah manusia biasa yang diberikan pengetahuan berupa hikmah oleh Allah.
Jika ditelaah lebih jauh tentang kisah Lukman, bagaimana ia memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya, Anda akan menemukan banyak inspirasi. Di saat kebanyakan orang bingung, konsep parenting apa yang harus diambil untuk menjadi panduan dalam mendidik anak, maka bagi Anda seorang muslim atau muslimah, Allah sudah menunjukkannya melalui kisah Lukman ini.
Nah, agar Anda bisa mengambil inspirasinya, sebaiknya kenalilah terlebih dahulu konsep Lukmanul Hakim tentang parenting berikut:
Pertama, Firman Allah Subhana Wata’ala, “Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anaknya di waktu ia menasehatinya, Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Lukman: 13).
Dalam ayat di atas, Lukman menunjukkan sikap seorang bapak yang lemah lembut. Ia mengawalinya dengan memanggil sebutan yang indah dan menyejukkan bagi anaknya, Ya Bunayya (Wahai anakku). Anak mana sih yang tidak suka ketika dipanggil dengan panggilan yang lembut. Hal ini pun dapat Anda contoh. Semestinya Anda memanggil anak-anak dengan panggilan terbaik dan penuh kelembutan.
Selanjutnya, masih berdasarkan ayat yang sama, Lukman mengajarkan anak dengan hal yang fundamental dan urgen sebagai bekal bagi anaknya, yaitu tentang akidah. Akidah adalah hal pokok. Ia mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa, Rabb semesta alam kepada anaknya. Ini sesungguhnya adalah tanggung jawab utama seorang ayah dan juga ibu. Nah, Ayah dan Ibu semestinya bersinergi dalam hal ini.
Kedua, Allah berfirman,”Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi sekalipun, yang berada di dalam batu atau di dalam bumi maka niscaya Allah SWT akan membalasnya.
Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui.” Konon biji sawi ini sama ringannya dengan biji kapas. Lukman menegaskan kepada anaknya bahwa kebaikan dan keburukan sebesar dan seringan biji sawi pun akan mendapat balasan dari Allah. Tidak ada yang luput dari perhatian Allah, bahkan yang tersembunyi dalam dada setiap manusia sekalipun.
Betapa menakjubkan ya konsep pengajaran Lukman ini. Ia mendorong anaknya untuk melakukan kebaikan dan mengingatkan agar tidak berbuat keburukan sekecil apapun. Sungguh teliti dan memperhatikan betul kualitas iman anaknya.
Konsep pengajarannya, bertahap dan teratur dari hal yang fundamental sampai ke cabang-cabangnya.
Demikan, masih ada konsep berikutnya dan in syaa Allah akan dibahas pada artikel selanjutnya. Semoga bermanfaat ya Mak.
*Ditulis Oleh Wulansari Apriani