
(M. Sadli Umasangaji, Anggota Biasa KAMMI Wilayah Sulawesi Selatan)
Dari segi teori, politik adalah suatu pengetahuan yang penting dan bergengsi, dan dari segi praktis, politik adalah suatu profesi yang terhormat dan bermanfaat. Sebab, politik berkaitan dengan penataan persoalan manusia sebaik mungkin (Qardhawi, 2013). Ibnu Qayyim dalam (Qardhawi, 2013), dengan mengutip Imam Abi Wafa bin Aqil al Hambali, “Politik adalah tindakan yang mendekatkan manusia kepada kebaikan dan menjauhkan dari kerusakan, selama tidak berlawanan dengan syariat”. Ibnu Qayyim kemudian mengatakan, “Politik yang adil tidak akan berlawanan dengan kemauan syariat, tapi serasi dengan berbagai ketentuannya, bahkan politik merupakan bagian darinya. Kami menamakannya ‘politik’ hanya karena mengikuti istilah kalian, padalah politik dasarnya adalah keadilan Allah dan Rasul-Nya”.
Dalam buku lain, (Umat Islam Menyongsong Abad ke 21), Yusuf Qardhawi menuliskan, “Kita harus perjelas bagaimana sikap kita (umat Islam) menghadapi Barat? Bagaimana hubungan kita dengan mereka? Mungkinkah kita jalin hubungan saling kenal dan saling paham, atau harus dijalin hubungan permusuhan dan konflik?”. Yusuf Qardhawi kemudian menuliskan Islam adalah agama universal. Bagi Islam, tidak ada perbedaan antara Barat dan Timur. Ia adalah bagian dari Kerajaan Allah yang Maha Luas. Problematika sebenarnya terletak pada orang-orang Barat atau jika lebih detail pada kebanyakan mereka dan sikap mereka terhadap Islam. Citra buruk tentang Islam yang sudah mengkristal dalam alam pikiran Barat ini, mereka varisi sejak Perang Salib, ketika tentara salib Eropa datang melakukan penyerangan yang terus-menerus, lalu membangun berbagai kerajaan dan keamiran di sana. Pada mulanya, pasukan salib Eropa selalu menuai kemenangan, namun berikutnya mereka menderita kekalahan demi kekalahan dalam Perang. Peperang-perangan ini telah menimbulkan dampak psikologis dan pemikiran yang besar, termasuk kebangkitan setelah itu, termasuk pandangan terhadap Islam.