Editor 29 Mei 2024
  • PREVALENSI DIABETES MELITUS DI INDONESIA TERUS MENINGKAT, ANCAMAN SERIUS BAGI KESEHATAN DAN EKONOMI
Nur Isriani Najamuddin

Diabetes melitus, penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah (glukosa), semakin menjadi perhatian serius di Indonesia. Penyakit ini dikenal karena komplikasi serius yang ditimbulkannya, termasuk penyakit jantung, gagal ginjal, dan kerusakan saraf.

Data terbaru menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia terus meningkat, dengan lebih dari 10 juta orang saat ini hidup dengan kondisi ini.

Beberapa faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka diabetes melitus di Indonesia antara lain gaya hidup tidak sehat, genetika, dan kurangnya edukasi kesehatan.

Pola makan yang tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya kasus obesitas menjadi penyebab utama dari lonjakan kasus diabetes di tanah air.

Diabetes melitus tidak hanya mempengaruhi kesehatan individu tetapi juga memberikan dampak luas pada masyarakat dan ekonomi. Biaya perawatan diabetes yang tinggi menjadi beban besar bagi sistem kesehatan nasional.

Selain itu, komplikasi akibat diabetes mengurangi produktivitas kerja dan meningkatkan angka ketidakhadiran, yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara.

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes melitus dari tahun ke tahun. Beberapa daerah di Indonesia mencatat angka prevalensi yang lebih tinggi, terutama di wilayah perkotaan dan daerah dengan akses terbatas terhadap layanan kesehatan.

Peningkatan jumlah penderita diabetes ini menambah beban pada fasilitas dan tenaga kesehatan, yang harus bekerja ekstra untuk menangani kasus-kasus yang semakin kompleks.

Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 terkait diabetes melitus menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh, angka diabetes melitus di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2023, prevalensinya telah melampaui 10% dari total populasi dewasa, meningkat dari 8,5% pada tahun 2018. Peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor risiko seperti pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, dan faktor genetik. Diabetes melitus banyak ditemukan pada kelompok usia di atas 40 tahun, dan tidak ada perbedaan signifikan antara prevalensi pada pria dan wanita.

Penyakit ini memiliki dampak yang luas terhadap kesehatan masyarakat, termasuk peningkatan risiko komplikasi seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan komplikasi lainnya yang dapat menurunkan kualitas hidup. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian diabetes melitus dengan program edukasi kesehatan, promosi gaya hidup sehat, serta peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan pengobatan diabetes.

Jika Anda memerlukan informasi lebih rinci atau spesifik mengenai hasil survei ini, mengunjungi situs resmi Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan atau Kementerian Kesehatan Indonesia mungkin dapat memberikan data yang lebih komprehensif.

Gaya hidup yang tidak sehat, termasuk pola makan yang tidak seimbang dan rendahnya aktivitas fisik, menjadi penyebab utama dari peningkatan kasus diabetes. Faktor genetika dan riwayat keluarga juga berperan penting dalam meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes.

Selain itu, rendahnya tingkat edukasi dan kesadaran masyarakat tentang diabetes dan cara pencegahannya turut berkontribusi terhadap tingginya prevalensi penyakit ini.

Meningkatnya jumlah penderita diabetes menyebabkan beban tambahan pada sistem kesehatan. Fasilitas kesehatan dan tenaga medis harus berupaya lebih keras untuk memberikan perawatan yang memadai bagi pasien diabetes. Biaya pengobatan yang tinggi menjadi tantangan besar, baik bagi pasien maupun bagi sistem kesehatan secara keseluruhan.

Rekomendasi Kebijakan Kesehatan

Untuk mengatasi peningkatan prevalensi diabetes melitus, beberapa rekomendasi kebijakan kesehatan yang dapat diimplementasikan antara lain:

  1. Peningkatan Edukasi dan Kesadaran:Meluncurkan program edukasi kesehatan yang intensif dan berkelanjutan tentang pentingnya pola makan sehat, aktivitas fisik, dan pencegahan diabetes melalui media massa, sekolah, dan komunitas.
  2. Promosi Gaya Hidup Sehat:Mengembangkan kampanye nasional untuk mendorong masyarakat mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk olahraga teratur dan diet seimbang. Pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor swasta untuk menyediakan fasilitas olahraga yang mudah diakses oleh masyarakat.
  3. Peningkatan Akses Layanan Kesehatan:Memperluas akses terhadap layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan perkotaan dengan prevalensi tinggi. Ini termasuk peningkatan jumlah pusat kesehatan, tenaga medis, dan fasilitas diagnostik untuk deteksi dini diabetes.
  4. Subsidi dan Bantuan Pengobatan:Memberikan subsidi atau bantuan untuk biaya pengobatan diabetes, termasuk obat-obatan dan perawatan rutin, untuk mengurangi beban finansial pasien.
  5. Riset dan Pengembangan:Mendorong penelitian lebih lanjut tentang diabetes melitus di Indonesia untuk memahami faktor risiko spesifik, pola penyebaran, dan cara pencegahan yang paling efektif.
  6. Regulasi Industri Makanan:Mengatur industri makanan untuk mengurangi kandungan gula dan lemak dalam produk makanan olahan serta memperketat pengawasan iklan makanan tidak sehat, terutama yang ditargetkan pada anak-anak.

Implementasi kebijakan-kebijakan ini diharapkan dapat menekan angka prevalensi diabetes melitus dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.(*)

Penulis : Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Dosen STIKES Bina Generasi Polewali Mandar.

Baca Juga :

Leave a comment.

Your email address will not be published. Required fields are marked*